Tuesday, January 21, 2014

Tanah dan Langit

Bosan menatap kosong layar komputerku, kumenoleh ke arah langit di luar sana. Kurasakan amarahnya masih sangat terasa, hujan belum menunjukkan kebosanannya membasahi tanah Jakarta. 

Sesekali angin menghempas air ke tanah, memarahinya dengan berjuta teriakan. Perih, tanah mengampun. Masih teringat jelas di benaknya setiap tetes yang menggores luka di badannya.

Tanah memberontak, tak sanggup lagi menampung amarah langit. Tanah yang begitu mencintai langit, meluapkan guyurannya ke permukaan tubuhnya. Kelelahan, begitu lelah untuk lagi menyerap. Akankah ia bertahan, tetap menopang segala di atasnya?

Langit pun mencintai tanah, tak ingin dilihatnya tanah mengering, kaku dan tiada kehidupan. Namun langit melangkah terlalu jauh. Akahkah ia berhenti menghukum tanah karena kepekaannya terhadap air? 

Aku hanya berharap, ketika hujan sudah puas memainkan nadanya, aku pun mampu menikmati indahnya pelangi, membentang dari tanah ke langit.